Rabu, 20 Maret 2013

Malam hujan bersama mu.


Aku persembahkan padamu sekuntum ciuman dalam buket kerinduan 
dan kusematkan puisi dalam lembaran akhir senja penantian 

Pada bianglala dipias senyummu aku pamahi akan arti sebuah bait kata-kata 
yang berdebar di dadamu siratkan nafas kehidupan dari panjangnya sebuah doa 

Dan aku seperti tenggelam di telaga sinar matamu yang berpendar 
menyimpan samar makna yang kadang tak mampu aku tafsirkan 
hingga aku tak berkata ketika hati mengeja cinta tanpa suara 

Puisiku yang selama ini mengembara di perjalanan 
dan tersembunyi disamudera kerinduan akan hadirmu 
kini menciumi pantai-pantai semampai di setiap lekuk tubuhmu 
menghempas ombak di dadaku berdebur dan berdebar 
menghapus semua jejak-jejak rindu 

Pada sebaris hujan 
kita berteduh di cakrawala dengan payung tanpa layung senja 
Hembusan angin pun tinggalkan jejak dingin di dada kita 
Ketika engkau menggigil di jantungku 



Jutaan tetes berjatuhan seperti tangis yang terbebas dari kesedihan 
seperti bunga-bunga yang tumpah dari jambangan 
Mengisi hati yang selama ini bimbang menjadi nyanyian indah malam 

Sebuah kilau seolah cahaya yang tersimpan, bagai sebutir doa 
Bak rintik merdu sebulir air hujan yang menggantung di ujung payung 
Kala tirai basah dengan air matamu menggenggam rindu 

Waktu mendesak serasa singkat 
Rembang pun berlalu, saat benderang lampu-lampu dan hujan berpamitan 
di jendela senja yang perlahan menutup payung kita dengan sebuah pelukan 

Karna hujan ingin kau peluk… 
selamanya…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar