Jumat, 21 Desember 2012

Damaikan desembermu

Desember
mimpi apa lagi yang masih tumbuh di benakku
sedang langit senantiasa gelap dan hujan membabi buta

Dengarlah dalam bentang malam, kepak kelalawar yang membentang
sementara tempias badai di jendela menguliti tulang tulang kita

Desember yang sering murung
kita temukan tubuh kita meringkuk dalam selimut
tergantung di kalender hari hari yang dingin

Senja tak lagi bercahaya dan langit menabuh gemuruh
Menabur beribu bening anak air di muka bumiku

Angin berpesta sempoyongan menari-nari di kegelapan malam
Bagaikan ladang kering menelan arak



Dunia pun makin tak pasti dan makin tak jelas wujudnya
Dimana setiap detik dipermainkan bianglala kerancuhan keinginan

Berjuta anak menagih masa depan
Sementara yang lain terhipnotis masa depan yang suram
Di sibukkan kokok awal januari yang masih tetap tak pasti arahnya

Namun pancaran sinar harapan yang tertera di setiap ingin mereka
adalah segera bertemu dengan masa depan yang gemilang
masa depan tanpa penindasan, masa depan tanpa penghisapan
masa depan hidup berdampingan dengan rukun
masa depan yang senantiasa tentram dan damai


Damai dalam jiwa dan damai dalam hati mereka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar