Desember
mimpi apa lagi yang masih tumbuh di benakku
sedang langit senantiasa gelap dan hujan membabi buta
Dengarlah dalam bentang malam, kepak kelalawar yang membentang
sementara tempias badai di jendela menguliti tulang tulang kita
Desember yang sering murung
kita temukan tubuh kita meringkuk dalam selimut
tergantung di kalender hari hari yang dingin
Senja tak lagi bercahaya dan langit menabuh gemuruh
Menabur beribu bening anak air di muka bumiku
Angin berpesta sempoyongan menari-nari di kegelapan malam
Bagaikan ladang kering menelan arak
Dunia pun makin tak pasti dan makin tak jelas wujudnya
Dimana setiap detik dipermainkan bianglala kerancuhan keinginan
Berjuta anak menagih masa depan
Sementara yang lain terhipnotis masa depan yang suram
Di sibukkan kokok awal januari yang masih tetap tak pasti arahnya
Namun pancaran sinar harapan yang tertera di setiap ingin mereka
adalah segera bertemu dengan masa depan yang gemilang
masa depan tanpa penindasan, masa depan tanpa penghisapan
masa depan hidup berdampingan dengan rukun
masa depan yang senantiasa tentram dan damai
Damai dalam jiwa dan damai dalam hati mereka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar